BUDAYA KESEHATAN
PENGERTIAN BUDAYA
- Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa      Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi      atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal      manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal      dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan      juga sebagai mengolah tanah atau bertani.Kata culture juga kadang      diterjemahkan sebagai"kultur"dalam bahasa Indonesia. Kebudayaan      sangat erat hubungannya dengan masyarakat.
 
- Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan      merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung      pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan      kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.      
 
- Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski      mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat      ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.      Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
 
- Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi,      kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. 
 
- Menurut konsep budaya Leinenger, karakteristik      budaya dapat digambarkan sebagai berikut:
 
- Budaya merupakan pengalaman yang bersifat universal      sehingga tidak ada dua budaya yang sama persis.
 - Budaya bersifat stabil, tetapi juga dinamis      karena budaya itu diturunkan kepada generasi berikutnya sehingga mengalami      perubahan.
 - Budaya diisi dan ditentukan oleh kehidupan      manusianya sendiri tanpa disadari.
 
- Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh      pengertian mengenai kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi      sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga      dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan      perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia      sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang      bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup,      organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan      untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
 
- Beberapa pendapat ahli yang mengemukakan komponen      atau unsur kebudayaan antara lain sebagai berikut.
 
a. Melville J. Herskovits (2007) menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu: 
- alat-alat teknologi
 - sistem ekonomi
 - keluarga
 - kekuasaan politik
 
b. Bronislaw Malinowski (2007) mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi: 
- sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama      antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam      sekelilingnya
 - organisasi ekonomi
 - alat-alat dan lembaga-lembaga atau      petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan      utama)
 - organisasi kekuatan (politik)
 
WUJUD DAN KOMPONEN BUDAYA
a.Wujud Budaya
- MenurutD. Oneil(2006), wujud kebudayaan dibedakan      menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.
 
1. Gagasan (Wujud ideal)
- Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang      berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan,      dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh.      Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran      warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu      dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam      karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
 
- Contoh: Konsep manusia perlu berpakaian.      Didasarkan pada rasa susila yaitu anusia malu jika telanjang. Dari konsep      diatas, didapatkan fungsi pakaian yaitu untuk melindungi tubuh dari cuaca      panas, dingin dan tantangan alam, untukmempercantik diri serta memenuhi      norma agama dan etika.
 
2. Aktivitas (tindakan)
- Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu      tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula      disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari      aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak,      serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang      berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan      sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
 
- Contoh: Sebagai aplikasi dari gagasan yang      dikemukakan, manifestasi pelaksanaanya dilakukan kegiatan pabrik tekstil,      penjahit, toko pakaian, peragaan busana, mencuci pakaian dan sebagainya
 
3. Artefak (karya)
- Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa      hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat      berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan      didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.
 
- Contoh: Benda hasil budayanya berupa baju      seragam, baju olahraga, baju pesta dan sebagainya
 
- Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara      wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan      yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi      arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
 
b. Komponen Budaya
- Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat      digolongkan atas dua komponen utama:
 
1. Kebudayaan material
- Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan      masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini      adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi:      mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan      material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang,      stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
 
2. Kebudayaan nonmaterial
- Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan      abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa      dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
 
- Unsur-unsur budaya
 
1. Peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi)
- Teknologi merupakan salah satu komponen      kebudayaan.Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi,      memakai, serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi      muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam      cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi      hasil-hasil kesenian.Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau      masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian paling sedikit mengenal      delapan macam teknologi tradisional (disebut juga sistem peralatan dan      unsur kebudayaan fisik), yaitu: alat-alat produktif, senjata, wadah,      alat-alat menyalakan api, makanan, pakaian, tempat berlindung dan      perumahan, alat-alat transportasi
 
2. Sistem mata pencaharian hidup.
- Perhatian para ilmuwan pada sistem mata pencaharian      ini terfokus pada masalah-masalah mata pencaharian tradisional saja, di      antaranya: berburu dan meramu, beternak, bercocok tanam di ladang,      menangkap ikan
 
3. Sistem kekerabatan dan organisasi social
- Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting      dalam struktur sosial. M. Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan      suatu masyarakat dapatdipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial      dari masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial      yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau      hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak,      menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya.      Dalam kajian sosiologi-antropologi, ada beberapa macam kelompok      kekerabatan dari yang jumlahnya relatif kecil hingga besar seperti      keluarga ambilineal, klan, fatri, dan paroh masyarakat. Di masyarakat umum      kita juga mengenal kelompok kekerabatan lain seperti keluarga inti,      keluarga luas, keluarga bilateral, dan keluarga unilateral.Sementara itu,      organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat,      baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi      sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara.      Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk      organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat      mereka capai sendiri.
 
4. Bahasa.
- Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang      digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat      tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan      menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang      lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat      istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah      membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.Bahasa memiliki      beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus.      Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi,      berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial.      Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan      dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari      naskah-naskah kuna, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan      teknologi.
 
5. Kesenian
- Karya seni dari peradaban Mesir kuno.Kesenian      mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat      manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai      makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai      corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang      kompleks.
 
6. Sistem kepercayaan
- Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya      tahan fisik manusia dalam menguasai dalam menguasai dan mengungkap      rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan      akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga      mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya. Sehubungan      dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat, manusia      tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa      alam semesta.
 
BUDAYA KESEHATAN INDONESIA
- Indonesia sebagai Negara agraris, sebagian besar      penduduknya bermukim di daerah pedesaan dengan tingkat pendidikan      mayoritas sekolah dasar dan belum memiliki budaya hidup sehat. Hidup sehat      adalah hidup bersih dan disiplin sedangkan kebersihan dan kedisiplinan itu      sendiri belum menjadi budaya sehari-hari. Budaya memeriksakan secara dini      kesehatan anggota keluarga belum tampak. Hal ini terlihat dari banyaknya      klien yang datang ke pelayanan kesehatan untuk memeriksakan keadaan      kesehatan sebagai tindakan kuratif belum didukung sepenuhnya oleh upaya      promotif dan preventif, misalnya gerakan 3M pada pencegahan demam berdarah      belum terdengar gaungnya jika belum mendekati musim hujan atau sudah ada      yang terkena demam berdarah. 
 
- Menanamkan budaya hidup sehat harus sejak dini      dengan melibatkan pranata yang ada di masyarakat, seperti posyandu atau      sekolah. Posyandu yang ada di komunitas seharusnya diberdayakan untuk      menanamkan perilaku hidup bersih,sehat, dan berbudaya pada anak.
 
- Di dalam masyarakat sederhana, kebiasaan hidup      dan adatistiadat dibentuk untuk mempertahankan hidup diri sendiri, dan      kelangsungan hidup suku mereka. Berbagai kebiasaan dikaitkan dengan      kehamilan, kelahiran, pemberian makanan bayi, yang bertujuan supaya      reproduksi berhasil, ibu dan bayi selamat. Dari sudut pandangan modern,      tidak semua kebiasaan itu baik. Ada beberapa yang kenyataannya malah      merugikan. Kebiasaan menyusukan bayi yang lama pada beberapa masyarakat,      merupakan contoh baik kebiasaan yang bertujuan melindungi bayi. Tetapi      bila air susu ibu sedikit, atau pada ibu-ibu lanjut usia, tradisi budaya      ini dapat menimbulkan masalah tersendiri. Dia berusaha menyusui bayinya,      dan gagal. Bila mereka tidak mengetahui nutrisi mana yang dibutuhkan bayi      (biasanya demikian), bayi dapat mengalami malnutrisi dan mudah terserang      infeksi.
 
- Menjadi sakit memang tidak diharapkan oleh semua      orang apalagi penyakit-penyakit yang berat dan fatal. Masih banyak      masyarakat yang tidak mengerti bagaimana penyakit itu dapat menyerang      seseorang. Ini dapat dilihat dari sikap mereka terhadap penyakit itu      sendiri. Ada kebiasaan dimana setiap orang sakit diisolasi dan dibiarkan      saja. Kebiasaan ini mungkin dapat mencegah penularan dari      penyakit-penyakit infeksi seperti cacar atau TBC. Bentuk pengobatan yang      diberikan biasanya hanya berdasarkan anggapan mereka sendiri tentang      bagaimana penyakit itu timbul. Kalau mereka anggap penyakit itu disebabkan      oleh hal-hal yang supernatural atau magis, maka digunakan pengobatan      secara tradisional. Pengobatan modern dipilih bila mereka duga penyebabnya      faktor alamiah. Ini dapat merupakan sumber konflik bagi tenaga kesehatan,      bila ternyata pengobatan yang mereka pilih berlawanan dengan pemikiran      secara medis. Di dalam masyarakt industri modern, iatrogenic disease merupakan      problema. Budaya modern menuntut merawat penderita di rumah sakit, padahal      rumah sakit itulah tempat ideal bagi penyebaran kuman-kuman yang telah      resisten terhadap antibiotika.
 
KEPERAWATAN TRANSKULTURAL
- Keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan      keperawatan yang berfokus pada analisa dan studi perbandingan tentang      perbedaan budaya (Leinenger, 1987). Keperawatan transkultural merupakan      ilmu dan kiat yang humanis, yamh difokuskan pada perilaku individu atau      kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku      sehat atau perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar      belakang budaya ( Leininger, 1984). Pelayanan keperawatan transkultural      diberikan kepada pasien sesuai dengan latar belakang budayanya.
 
1. Tujuan Keperawatan Transkultural
- Tujuan pengguanaan keperawatan transkultural      adalah pengembangan sains dan keilmuan yang humanis sehingga tercipta      praktik keperawatan pada kebudayaan (kultur—culture) yang spesifik dan universal      (Leininger,1978). Kebudayaan yang spesifik adalah kebudayaan dengan nilai      dan norma yang spesifik yang tidak dimiliki oleh kelompok lain seperti      pada suku Osing, Tengger,ataupun Dayak. Sedangkan, kebudayaan yang      universal adalah kebudayaan dengan nilai dan norma yang diyakini dan      dilakukan oleh hamper semua kebudayaan seperti budaya olahraga untuk      mempertahankan kesehatan.
 
- Negosiasi budaya adalah intervensi dan      implementasi keperawatan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya      tertentu yang lebih menguntungkan kesehatannya. Perawat membantu klien      agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung      peningkatan status kesehatan. Misalnya, jika klien yang sedang hamil      mempunyai pantangan untuk makan makanan yang berbau amis seperti ikan,      maka klien tersebut dapat mengganti ikan dengan sumber protein nabati yang      lain.
 
- Restrukturisasi budaya perlu dilakukan bila      budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan klien. Perawat berupaya      melakukan strukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi      tidak merokok. Seluruh perencanaan dan implementasi keperawatan dirancang      sesuai latar belakang budaya sehingga budaya dipandang sebagai rencana      hidup yang lebih baik setiap saat, pola rencana hidup yang dipilih      biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.
 
PERAN PERAWAT DALAM MENGHADAPI ANEKA BUDAYA
- Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang      diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam      suatu system. Peran perawat dipengaruhi oleh keadaan social baik dari      dalam maupun dari luar profesi keperawatan dan bersifat konstan. 
 
- Doheny (1982) mengudentifikasi beberapa elemen      peran perawat professional meliputi:
 
1. Care giver 
- Sebagai pelaku atau pemberi asuhan keperawatan,      perawat dapat memberikan pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak      langsung kepada klien, menggunakan pendekatan proses keperawatan yang      meliputi : melakukan pengkajian dalam upaya mengumpulkan data dan evaluasi      yang benar, menegakkan diagnosis keperawatan berdasarkan hasil analisis      data, merencanakan intervensi keperawatan sebagai upaya mengatasi masalah      yang muncul dan membuat langkah atau cara pemecahan masalah, melaksanakan      tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ada, dan melakukan      evaluasi berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah      dilakukannya.
 
- Dalam memberikan pelayanan atau asuhan      keperawatan, perawat memperhatikan individu sebagai makhluk yang holistic      dan unik.Peran utamanya adalah memberikan asuhan keperawatan kepada klien      yang meliputi intervensi atau tindakan keperawatan, observasi, pendidikan      kesehatan, dan menjalankan tindakan medis sesuai dengan pendelegasian yang      diberikan.
 
2. Client advocate
- Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai      penghubung antar klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan      kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan membantu klien memahami      semua informasi dan upeya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan      pendekatan tradisional maupun professional. Peran advokasi sekaligus      mengharuskan perawat bertindak sebagai narasumber dan fasilitator dalam      tahap pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani      oleh klien. Dalam menjalankan peran sebagai advokat, perawat harus dapat      melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan      keperawatan.
 
- Selain itu, perawat juga harus dapat      mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, antara lain :
 
- Hak atas informasi ; pasien berhak memperoleh      informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit/      sarana pelayanan kesehatan tempat klien menjalani perawatan
 - Hak mendapat informasi yang meliputi antara lain;      penyakit yang dideritanya, tindakan medic apa yang hendak dilakukan,      alternative lain beserta resikonya, dll
 
3. Counsellor
- Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi      perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya. Adanya      pula interaksi ini merupakan dasar dalam merencanakan metode untuk      meningkatkan kemampuan adaptasinya. Memberikan konseling/ bimbingan kepada      klien, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan sesuai prioritas.      Konseling diberikan kepada individu/keluarga dalam mengintegrasikan      pengalaman kesehatan dengan penglaman yang lalu, pemecahan masalah      difokuskan pada masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup kearah      perilaku hidup sehat.
 
4. Educator
- Sebagai pendidik klien perawat membantu klien      meningkatkan kesehatannya malalui pemberian pengetahuan yang terkait      dengan keperawatan dan tindakan medic yang diterima sehingga      klien/keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang      diketahuinya. Sebagai pendidik, perawat juga dapat memberikan pendidikan      kesehatan kepada kelompok keluarga yang beresiko tinggi, kadar kesehatan,      dan lain sebagainya.
 
4. Collaborator
- Perawat bekerja sama dengan tim kesehatan lain      dan keluarga dalam menentukan rencan maupun pelaksanaan asuhan keperawtan      guna memenuhi kebutuhan kesehatan klien.
 
5. Coordinator
- Perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan      potensi yang ada, baik materi maupun kemampuan klien secara terkoordinasi      sehingga tidak ada intervensi yang terlewatkan maupun tumpang tindih.      Dalam menjalankan peran sebagai coordinator perawat dapat melakukan      hal-hal berikut:
 
- Mengoordinasi seluruh pelayanan keperawatan
 - Mengatur tenaga keperawatan yang akan bertugas
 - Mengembangkan system pelayanan keperawatan
 - Memberikan informasi tentang hal-hal yang terkait      dengan pelayanan keperawatan pada sarana kesehatan
 
6. Change agent
- Sebagai pembaru, perawat mengadakan inovasi dalam      cara berpikir, bersikap, bertingkah laku, dan meningkatkan keterampilan      klien/keluarga agar menjadi sehat. Elemen ini mencakup perencanaan,      kerjasama, perubahan yang sistematis dalam berhubungan dengan klien dan      cara memberikan keperawatan kepada klien
 
7. Consultan
- Elemen ini secara tidak langsung berkaitan dengan      permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan keperawatan yang      diberikan. Dengan peran ini dapat dikatakan perawat adalah sumber      informasi yang berkaitan dengan kondisi spesifik lain.
 
- Untuk menghadapi berbagai fenomena kebudayaan      yang ada di masyarakat, maka perawat dalam menjalankan perannya harus      dapat memahami tahapan pengembangan kompetensi budaya, yaitu:
 
Pertama:
- Pahami bahwa budaya bersifat dinamis.
 - Hal ini merupakan proses kumulatif dan      berkelanjutan
 - Hal ini dipelajari dan dibagi dengan orang lain.
 - Perilaku dan nilai budaya di tunjukkan oleh      masyarakat
 - Budaya bersifat kreatif dan sangat bermakana      dalam hidup. 
 - Secara simbolis terlihat dari bahasa dan      interaksi
 - Budaya menjadi acuan dalam berpikir dan bertindak
 
Kedua:
- Menjadi peduli dengan budaya sendiri.
 - Proses pemikiran yang terjadi pada perawat juga      terjadi pada yang lain, tetapi dalam bentuk atau arti berbeda.
 - Bias dan nilai budaya ditafsirkan secara internal
 - Nilai budaya tidak selalu tampak kecuali jika      mereka berbagi secara sosial dengan orang lain dalam kehidupan      sehari-hari.
 - Ketiga:
 - Menjadi sadar dan peduli dengan budaya orang lain      trerutama klien yang diasuh oleh perawat sendiri
 - Budaya menggambarkan keyakinan bahwa banyak ragam      budaya yang ada sudah sesuai dengan budayanya masing-masing
 - Penting untuk membangun sikap saling menghargai      perbedaan budaya dan apresiasi keamanan budaya
 - Mengembangkan kemampuan untuk bekerja dengan yang      lain dalam konteks budaya, diluar penilaian etnosentris
 
DAFTAR PUSTAKA
- Effendy, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan      Komunitas: Teori Dan Praktik Dalam Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika
 - Setiadi, Elly M, dkk. 2006. Ilmu Sosial dan      Budaya Dasar. Jakarta : Kencana
 - Sudarma, Momon. 2008. Sosiologi untuk Kesehatan.      Jakarta : Salemba Medika
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar