Kamis, 06 Oktober 2011

skabies


Skabies juga disebut penyakit budukan atau gatal agogo, merupakan penyakit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap tungauSarcoptes scabiei var hominis dan tinjanya (skibala) pada kulit manusia.
Morfologi
Sarcoptes scabiei adalah tungau yang termasuk famili Sarcoptidae,
ordo Acari kelas Arachnida. Badannya transparan, berbentuk oval,
pungggungnya cembung, perutnya rata, dan tidak bermata. Ukurannya,yang
betina antara 300-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang
jantan lebih kecil, antara 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk
dewasa tungau ini memiliki 4 pasang kaki, 2 pasang merupakan pasangan
kaki depan dan 2 pasang lainnya kaki belakang. Pasangan kaki yang
pertama berakhir sebagai tabung panjang masing-masing dengan sebuah
alat penghisap berbentuk bel dan dengan kuku. Kaki belakang berakhir
menjadi bulu keras yang panjang kecuali pasangan kaki ke-4 pada jantan yang mempunyai alat penghisap. Pada permukaan sebelah dorsal terdapat garis-garis yang berjalan transversal yang mempunyai duri, sisik, dan bulu keras. Bagian mulutnya terdiri atas selisera yang bergigi, pdipalpi berbentuk kerucut yang bersegmen tiga dan palp bibir yang menjadi satu dengan hipostoma.
Siklus hidup
Siklus hidup Sarcoptes scabiei dari telur hingga dewasa berlangsung selama satu bulan. Sarcoptes scabei memiliki empat fase kehidupan yaitu telur, larva nimfa dan dewasa.Berikut ini siklus hidup Sarcoptes scabiei :
1. Betina bertelur pada interval 2-3 hari setelah menembus kulit .
2.Telur berbentuk oval dengan panjang 0,1-0,15 mm
3.Masa inkubasi selama 3-8 hari. Setelah telur menetas, terbentuk larva yang kemudian bermigrasi ke stratum korneum untuk membuat lubangmolting pouches. Stadium larva memiliki 3 pasang kaki.,
4. Stadium larva terjadi selama 2-3 hari. Setelah stadium larva berakhir, terbentuklah nimfa yang memiliki 4 pasang kaki..
5. Bentuk ini berubah menjadi nimfa yang lebih besar sebelum berubah menjadi dewasa. Larva dan nimfa banyak ditemukan di molting pouchesatau di folikel rambut dan bentuknya seperti tungau dewasa tapi ukurannya lebih kecil. Perkawinan terjadi antara tungau jantan dengan tungau betina dewasa.
6. Tungau betina memperluas molting pouches untuk menyimpan telurnya. Tungau betina mempenetrasi kulit dan menghabiskan waktu sekitar 2 bulan di lubang pada permukaan.
Patogenitas
Daerah predileksi adalah sela-sela jari-jari tangan bagian fleksor pergelangan tangan , dan lenagn depan, siku, ketiak, punggung, daerah inguinal, dan alat kelamin. Lukanya tampak sebagai garis kecil yang agak kemerah-merahan pada kulit. Pembengkakan vesikuler kecil, mungkin timbul karena peletakkan tinja yang memberikan irirtas atau ekskresi yang dibentuk di bawah terowongan yang berwarna putih atau abu-abu tidak jauh dari tungaunya. Perasaan gatal yang ditimbulkan oleh panas dan keringat menyebabkan penderita menggaruk-garuk yang menyebabkan penyebaran infestasi, merangsang luka, dan menimbulkan infeksi bakteri yang sekunder. Akibatnya, lesi yang berbentuk papel, vesikel dan pustel yang multipel timbul kemudian terbentuk kerak kudis yang berwarna coklat keabuan yang berbau anyir.. Mula-mula manifestasi klinik mungkin ringan tetapi setelah beberapa minggu kulit mengalami sensitisasi yang mengakibatkan suatu erupsi yang gatal tersebar luas dan berupa eritem.
Diagnosis penyakit ni diantaranya yaitu ;
1.Pruritus nokturna, atau rasa gatal di malam hari, yang disebabkan aktivitas tungau yang lebih tinggi dalam suhu lembab.
2.Adanya terowongan-terowongan di bawah lapisan kulit (kanalikuli), yang berbentuk lurus atau berkelok-kelok. Jika terjadi infeksi sekunder oleh bakteri, maka akan timbul gambaran pustul (bisul kecil pen). Kanalikuli ini berada pada daerah lipatan kulit yang tipis, seperti sela-sela jari tangan, daerah sekitar kemaluan (pada anak-anak), siku bagian luar, kulit sekitar payudara, bokong dan perut bagian bawah.
3. Menemukan tungau pada pemeriksaan kerokan kulit secara mikroskopis, merupakan diagnosa pasti penyakitini. Daerah itu biasanya menjadi kemerah-merahan. Kerokan yang baik bila dilakukan agak dalam akan membuat kulit sedikit mengeluarkan darah karena di sanalah bermukim betina-betina yang gravid dan banyak telur yang telah dikeluarkan tungau betina. Untuk melarutkan kerak kudis digunakan larutan KOH 10 persen.
Pengobatan
Pengobatan penyakit ini menggunakan obat-obatan berbentuk krim atau salep yang dioleskan pada bagian kulit yang terinfeksi. Banyak sekali obat-obatan yang
tersedia di pasaran. Namun, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh obat anti-skabies, antara lain yaitu; tidak berbau, efketif terhadap semua stadium tungau (telur, larva, maupun tungau dewasa), tidak menimbulkan iritasi kulit, juga mudah diperoleh serta murah harganya. Obat-obatan yang dapat digunakan antara lain:
1.Salep 2-4, biasanya dalam bentuk salep atau krim. Kekurangannya, obat ini menimbulkan bau tak sedap (belerang), mengotori pakaian, tidak efektif membunuh
stadium telur, dan penggunaannya harus lebih dari 3 hari berturut-turut.
2.Emulsi benzil-benzoas 20-25%, efektif terhadap semua stadium tungau, diberikan setiap malam selama 3 hari bertutut-turut. Kekurangannya, dapat menimbulkan iritasi kulit.
3.Gamexan 1%, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium tungau, mudah digunakan, serta jarang menimbulkan iritasi kulit. Namun obat ini tidak dianjurkan bagi wanita hamil, maupun anak dibawah usia 6 tahun, karena bersifat toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemakaiannya cukup satu kali.
4.Krotamiton 10%, termasuk obat pilihan, karena selain memiliki efek anti-skabies, juga bersifat anti gatal.
5. Permetrin HCl 5%, efektifitasnya seperti Gamexan, namun tidak terlalu toksik. Penggunaannya cukup sekali, namun harganya relatif mahal.
6. Kwell, suatu salep terdiri atas Lindane 1% (heksaklorosikloheksan). Setelah mandi dengan air panas dan sabun, salep dapat dipergunakan.
7. Preparat sulfur presipitatum 5-10 % efektif untuk stadium larva, nimfa dan dewasa, tetapi tidak efektif untuk membunuh telur. Karena itu, pengobatan minimal selama 3 hari agar larva yang menetas dari telurnya dapat mati oleh obat tersebut.
8. Gama Benzen heksaklorida merupakan obat pilihan karena efektif untuk semua stadium. Obat ini tidak digunakan terhadap anak dibawah 6 tahun karena bersifat neurotoksik
Pemberantasan
Selain mengggunakan obat-obatan, yang tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah upaya peningkatan kebersihan diri dan lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara:
1. Mencuci bersih -bahkan sebagian ahli menganjurkan
dengan cara direbus, handuk, seprai maupun baju penderita skabies, kemudian menjemurnya hingga kering.
2. Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.
3. Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat
yang terinfeksi untuk memutuskan rantai penularan.
Epidemiologi
Penyakit scabies dapat terjadi pada satu keluarga, tetangga yang berdekatan bahkan seluruh kampung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar