Kamis, 20 Oktober 2011

Hospitalisasi


hospitalisasi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Permasalahan pokok yang sering dihadapi dalam dunia kesehatan adalah tidak lain dari reaksi hospitalisasi serta dampak yang ditimbulkannya. Sebagaimana komitmen dalam mengatasi hal tersebut baik secara individual maupun secara sosial yaitu upaya menimalisirkan dampak serta memaksimalkan manfaat dari hospitalisasi.
Berangkat dari sisi tersebut diatas permasalahan yang menjadi masalah pokok yang harus mendapat perhatian utama dari pemerintah khususnya di dunia kesehatan. Karena itu berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah melalui dunia pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat. Akan tetapi, dari berbagai upaya yang dilakukan pemerintah tersebut kenyataannya belum banyak menjawab dari permasalahan yang dihadapi.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka perlu adanya upaya yang dapat menyingkapi arus hospitalisasi dan dampak yang menyertainya, antara lain :
1. Menumbuhkan rasa kesadaran pada tugas dan kewajibannya.
2. Menumbuhkan rasa cinta terhadap diri sendiri, keluarga, maupun lingkungan sosial.
3. Mengantisipasi sedini mungkin segala dampak yang ditimbulkannya
Oleh sebab itu, kami merasa tertantang dengan diberikannya tugas mengenai ”Hospitalisasi” dan apa saja yang menjadi dampak dari permasalahan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah
Dalam tulisan ini kami merumuskan masalah sebagai berikut ;
1. Faktor apa saja yang terlibat dalam Hospitalisasi ?
2. Apa saja manfaat dan dampak yang ditimbulkan dari Hospitalisasi?

1.3 Tujuan Dari Permasalahan
Tujuan permasalahan dalam penulisan masalah hospitalisasi ini adalah ;
1. Untuk megetahui faktor-faktor yang terlibat dalam hospitalisasi.
2. Mengetahui sejauh mana manfaat dan dampak yang ditimbulkannya.
1.4 Manfaat Dari Permasalahan
Dengan permasalahan ini diharapkan hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai berikut ;
1.4.1 Bagi Anak
Sebagai input dalam melakukan dan menentukan kebijakan-kebijakan selanjutnya untuk mengatasi permasalahan tersebut.
1.4.2 Bagi Orang tua
Sebagai dasar untuk mengatasi dampak dari hospitalisasi bagi anak dan dirinya sendiri.
1.4.3 Bagi Keluarga
Sebagai masukan dalam mengatasi permasalahan hospitalisasi.
1.4.4 Bagi Lingkungan Sosial
Bahan informasi tentang pentingnya peranserta lingkungan sosial untuk ikut serta mengatasi permasalahan hospitalisasi.


















BAB II
TELAAH PUSTAKA

2.1 Pengertian Hospitalisasi
Suatu proses karena suatu alasan darurat atau berencana mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali kerumah.
Selama proses tersebut bukan saja anak tetapi orang tua juga mengalami kebiasaan yang asing, lingkungannya yang asing, orang tua yang kurang mendapat dukungan emosi akan menunjukkan rasa cemas. Rasa cemas pada orang tua akan membuat stress anak meningkat. Dengan demikian asuhan keperawatan tidak hanya terfokus pada anak terapi juga pada orang tuanya.

2.2 Personil yang terlibat dalam hospitalisasi
2.2.1 Anak
 Masa bayi (0-1 tahun)
ü
 Masa todler (2-3 tahun)
ü
 Masa prasekolah (3-6 tahun)
ü
 Masa sekolah (6-12 tahun)
ü
 Masa remaja (12-18 tahun)
ü
2.2.2 Orang tua
2.2.3 Keluarga
2.2.4 Lingkungan sosial

Pendekatan yang digunakan dalam hospitalisasi
2.3.1 Pendekatan Empirik
Dalam menanamkan kesadaran diri terhadap para personil yang terlibat dalam hospitalisasi, metode pendekatan empirik menggunakan strategi, yaitu ;
1) Melalui dunia pendidikan yang ditanamkan secara dini kepada peserta didik.
2) Melalui penyuluhan atau sosialisasi yang diharapkan kesadaran diri mereka sendiri dan peka terhadap lingkungan sekitarnya.

Pendekatan melalui metode permainan
Metode permainan merupakan cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadari. Kegiatan yang dilakukan sesuai keinginan sendiri untuk memperoleh kesenangan.
1. Bermain merupakan kegiatan
- Menyenangkan / dinikmati
- Fisik
- Intelektual
- Emosi
- Sosial
- Untuk belajar
- Perkembangan mental
- Bermain dan bekerja

2. Tujuan bermain di rumah sakit
- Untuk dapat melanjutkan tumbuh kembang yang normal selama di rawat.
- Untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan dan fantasinya melalui permainan.

3. Prinsip bermain di rumah sakit
- Tidak membutuhkan banyak energi
- Waktunya singkat
- Mudah dilakukan
- Aman
- Kelompok umur
- Tidak bertentangan dengan terapi
- Melibatkan keluarga
 

4. Fungsi bermain
- Aktifitas sensori motorik
- Perkembangan kognitif
- Sosialisasi
 
- Kreatifitas
 
- Perkembangan moral therapeutik
- Komunikasi
 

5. Klasifikasi bermain
a) Sosial affective play
- Belajar memberi respon terhadap lingkungan.
- Orang tua berbicara / memanjakan ; anak senang, tersenyum, mengeluarkan suara, dan lain-lain.

b) Sense of pleasure play
- Anak memperoleh kesenangan dari suatu obyek disekitarnya.
- Bermain air / pasir.

c) Skill play
- Anak memperoleh keterampilan tertentu.
- Mengendarai sepeda, memindahkan balon, dan lain-lain.

d) Dramatic play / tole play
 
- Anak berfantasi menjalankan peran tertentu , contohnya ; perawat, dokter, ayah, ibu, dan lain-lain.

6. Karakteristik sosial
a) Solitary play
- Dilakukan oleh balita (todler) atau pre school
- Bermain dalam kelompok, permainan sejenis, tak ada interaksi, tak tergantung.
- Bermain dalam kelompok, aktivitas sama, tetapi belum terorganisasi dengan baik
- Belum ada pembagian tugas, bermain dengan keinginannya
- School age / adolescant
- Permainan terorganisasi terencana, ada aturan-aturan tertentu

7. Faktor-faktor yang mempengaruhi bermain
- Tahap perkembangan anak
- Status kesehatan
- Jenis kelamin
- Alat permainan
 





























BAB III
PEMBAHASAN

Reaksi hospitalisasi
Reaksi hospitalisasi bersifat individual dan sangat tergantung pada usia perkembangan anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem pendukung yang tersedia dan kemampuan koping yang dimilikinya. Pada umumnya reaksi anak terhadap sakit adalah kecemasan karena perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh, dan rasa nyeri.
Reaksi anak pada hospitalisasi
1) Masa bayi (0-1 tahun)
Dampak perpisahan, usia anak >6 bulan terjadi stanger anxiety (cemas)
- Menangis keras
- Pergerakan tubuh yang banyak
- Ekspresi wajah yang tidak menyenangkan

2) Masa todler (2-3 tahun)
Sumber utama adalah cemas akibat perpisahan. Disini respon perilaku anak dengan tahapnya.
- Tahap protes menangis, menjerit, menolak perhatian orang lain
- Putus asa menangis berkurang, anak tidak aktif, kurang menunjukkan minat bermain, sedih, apatis
- Pengingkaran / denial
- Mulai menerima perpisahan
- Membina hubungan secara dangkal
 
- Anak mulai menyukai lingkungannya

3) Masa prasekolah (3-6 tahun)
Sering kali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman, sehingga menimbulkan reaksi agresif.
- Menolak makan
- Sering bertanya
 
- Menangis perlahan
- Tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan

4) Masa sekolah (6-12 tahun)
Perawatan di rumah sakit memaksakan ;
- Meninggalkan lingkungan yang dicintai
- Meninggalkan keluarga
- Kehilangan kelompok sosial, sehingga menimbulkan kecemasan

5) Masa remaja (12-18 tahun)
Anak remaja begitu percaya dan terpengaruh kelompok sebayanya. Reaksi yang muncul ;
- Menolak perawatan / tindakan yang dilakukan
- Tidak kooperatif dengan petugas
- Bertanya-tanya
- Menarik diri
- Menolak kehadiran orang lain

Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi
Perasaan yang muncul dalam hospitalisasi ;
- Takut
- Cemas
- Perasaan sedih
- Frustasi
 
Reaksi keluarga terhadap hospitalisasi
- Marah
- Cemburu
- Benci
- Rasa bersalah

Reaksi lingkungan sosial terhadap hospitalisasi
- Acuh tak acuh
- Terkesan menghindar
 
Intevensi perawatan dalam mengatasi dampak hospitalisasi
Fokus intervensi keperawatan adalah ;
- Menimalkan stressor
- Memaksimalkan manfaat hospitalisasi
 
- Memberikan dukungan psikologis pada anggota keluarga
- Mempersiapkan anak sebelum masuk rumah sakit

Upaya meminimalkan stressor atau penyebab stress
Dapat dilakukan dengan cara ;
- Mencegah atau mengurangi dampak perpisahan
 
- Mencegah perasaan kehilangan kontrol
- Mengurangi / menimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh dan rasa nyeri

Upaya mencegah / meminimalkan dampak perpisahan
- Melibatkan orang tua berperan aktif dalam perawatan anak
- Modifikasi ruang perawatan
- Mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah, surat menyurat, bertemu teman sekolah

Mencegah perasaan kehilangan kontrol
- Hindarkan pembatasan fisik jika anak dapat kooperatif
- Bila anak diisolasi lakukan modifikasi lingkungan
- Buat jadwal untuk prosedur terapi, latihan, bermain

Meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri
- Mempersiapkan psikologis anak dan orang tua untuk tindakan prosedur yang menimbulkan rasa nyeri
- Lakukan permainan sebelum melakukan persiapan fisik anak
 
- Menghadirkan orang tua bila mungkin
- Tunjukkan sikap empati
- Pada tindakan elektif bila memungkinkan menceritakan tindakan yang dilakukan melalui cerita dan gambar
- Perlu dilakukan pengkajian tentang kemampuan psikologis anak menerima informasi ini dengan terbuka

Memaksimalkan manfaat hospitalisasi anak
- Membantu perkembangan anak dengan memberi kesempatan orang tua untuk belajar
- Memberi kesempatan pada orang tua untuk belajar tentang penyakit anak
 
- Meningkatkan kemampuan kontrol diri
- Memberi kesempatan untuk sosialisasi
- Memberi support kepada anggota
 

Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan di rumah sakit
 
- Kenalkan perawat dan dokter yang merawatnya
- Kenalkan pada pasien yang lain
- Berikan identitas pada anak
- Jelaskan aturan rumah sakit
- Laksanakan pengkajian
- Lakukan pemeriksaan fisik

Dampak hospitalisasi
Dampak hospitalisasi yang dialami bagi anak dan keluarga akan menimbulkan stress dan tidak merasa aman. Jumlah dan efek stress tergantung pada persepsi anak dan keluarga terhadap kerusakan penyakit dan pengobatan.







BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, kami menyimpulkan bahwa reaksi hospitalisasi dan dampak yang ditimbulkannya banyak terjadi pada anak, mulai dari usia bayi sampai dengan masa remaja.

4.2 Saran
Kami menghimbau kepada pemerintah khususnya dibidang dunia kesehatan serta pihak-pihak yang terkait kiranya ;
1. Lebih memperhatikan arus hospitalisasi yang terjadi, khususnya yang sering terjadi pada anak.
2. Lebih mengembangkan lagi metode-metode yang dapat mengatasi permasalahan mengenai hospitalisasi.



Konsep kehilangan


KONSEP KEHILANGAN

PENDAHULUAN
Kehilangan dan kematian adal;ah peristiwa dari pengalaman manusia yang bersifat universal dan unik secara invidual. Hidup adalah serangkaian kehialangan dan pencapaian. Anak yang mulai berjalan mencapai kemandiriannya dengan mobilitas. Seorang lansia dengan perubahan visual dan pendengaran mungkin kehilangan keterandalan dirinya. Penyakit dan perawatan di rumah sakit sering melibatkan berbagai kehilangan.
Perawata bekerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan menerima kehilangan.
A.  KONSEP KEHILANGAN
1.      DEFENISI KEHILANGAN
Kehilangan:
-       Kondisi dimana seseorang mengalami kekurangan atau ketidaklengkapan sesuatu yang sebelumnya ada
-       Situasi dimana individu kehilangan sesuatu yang sbelumnya ada
-       Ex: Amputasi, gangguan fungsi tubuh, penyakit terminal, dll
2.      BENTUK KEHILANGAN
a.    Kehilangan Maturasional
Kehilangan yang diakibatkan oleh transisi kehidupan normal untuk pertama kalinya, Ex; Anak yang mulai berjalan kehilangan citra tubuh semasa bayinya. Wanita yang mengalami menopause kehilangan kemampuan untuk mengandung.
b.    Kehilangan Situasional
Kehilangan yang terjadi secara tiba-tiba dalam merespons kejadian ekternal spesifik, Ex; kematian mendadak dari orang dicintai
3.      TIPE-TIPE KEHILANGAN
a.     Kehilangan Nyata
Kehilangan yang dapat diidentifikasi oleh individu atau orang lain
Ex; Amputasi, Kehilangan fungsi tubuh, dll
b.    Kehilangan yang dirasakan
Kehilangan yang dapat dirasakan oleh individu, tetapi tidak oleh orang lain
Ex; Menurungnya harga diri, Menurunnya kepercayaan/rasa aman, dll
4.      KATEGORI KEHILANGAN
a.    Kehilangan Benda Eksternal
Mencakup segala kepemilikan yang telah menjadi uang, berpindah tempat, dicuri, atau rusak karena bencana alam. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang tergantung pada nilai dan kegunaan dari benda tersebut.
b.    Kehilangan lingkungan yang telah dikenal
Kehilangan yang berkaitan dengan perpisahan dari lingkungan  yang telah dikenal mencakup meninggalkan lingkungan yang telah dikenal selama periode tertentu atau kepindahan secara permanen
c.    Kehilangan orang terdekat
Orang terdekat mencakup Orang tua, pasangan, saudara kandung, anak-anak, teman dan rekan kerja. Kehilangan dapat terjadi akibat perpisahan, pindah, promosi di tempat lain, dan kematian.
d.    Kehilangan Aspek diri
Kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi fisiologis, atau psikologis.
e.    Kehilangan hidup
Seseorang yang menghadapi kematian menjalani hidup, merasakan, berfikir dan merespons terhadap kejadian dan orang sekitarnya sampai terjadinya kematian. Meskipun sebagian besar orang takut tentang kematian dan gelisah mengenai kematian, masalah yang sama tidak akan sama pentingnya bagi sikap orang.
5.      FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON TERHADAP KEHILANGAN
a.       Perspesi individu terhadap kehilangan
b.      Intensitas sumber/stressor
c.       Pengalaman masa lalu
d.      Status fisik dan mental
e.       Genetik
f.       Tahap perkembangan
g.       Mekanisme koping
h.      Support system
i.        Stuktur kepribadian

B.   KONSEP BERKABUNG DAN DUKACITA
1.      DEFENISI
a.       Bekabung adalah proses yang mengikuti suatu kehilangan dan mencakup berupaya untuk melewati dukacita
b.      Dukacita adalah proses mengalami reaksi psikologis, social, dan fisik terhadap kehilangan yang dipersepsikan (Rando, 1991)
Proses berdukacita dan berkabung bersifat mendalam, internal, menyedihkan dan berkepanjangan. Istilah dukacita, berkabung, dan kehilangan karena kamatian sering digunakan secara tumpang tindih.
2.      KONSEP DAN TEORI BERDUKA
a.       Teori Engel (1964)
Proses berduka mempunyai 3 fase, yaitu;
Fase  I         : Syok dan tidak percaya
Individu menyangkal realitas kehilangan dan mungkin menarik diri, duduk tidak bergerak, atau menerawang tanpa tujuan.
Fase  II        : Mengembangkan keasadaran
Individu mulai merasa mulai merasa kehilangan secara tiba-tiba dan mungkin mengalami keputusasaan. Menangis adalah khas sejalan dengan individu menerima kehilangan
Fase  III       : Mengenali dan Restitusi
Dikenal Realitas kehilangan. Marah dan depresi tidak lagi dibutuhkan. Individu beralih dari tingkat fungsi emosi dan intelektual yang lebih rendah ketingkat yang lebih tinggi. Berkembang kesadaran diri.
b.      Teori Kubler-Ross (1969)
Berfokus pada perilaku dan mencakup lima tahapan, yaitu;
Fase  I         : Denial (Pengingkaran)
-       R….. pertama individu…..Rasa tidak percaya, Syok
-       R….. Fisik: lemah, Pucat, dll
-       Ex; “Tidak mungkin, pasti pemeriksaan yang salah
Fase  II        : Anger (Marah)
-       Proyeksi terhadap orang lain atau benda disekelilingnya
-          Reaksi fisik: Muka merah, kepal tangan, gelisah, Nadi cepat, Perilaku Agresif,
-          Ex; “Tidak becus perawat/pelayanan kesehatan disini”
Fase   III          : Bergaining (Tawar-menawar)
-          Ekspresi rasa bersalah, takut, dll
-          Ex; “Andai saya diberi umur, saya akan taat ibadah”
Fase   4            : Depresi
-          Sikap menarik diri, tidak mau bicara, putus asa
-          Perilaku yang sering muncul: menolak makan, insomnis, dll
Fase   5            : Acceptance (Penerimaan)
-          Berkaitan dengan Reorganisasi perasaan kehilangan
-          Pikiran yang berfokus objek kehilangan mulai berkurang
-          Ex; “ ya, mungkin itu takdir saya”
C.        Teori Rando (1991)
Mendefenisikan respon berduka menjadi 3 kategori, yaitu:
Tahap 1           : Penghindaran
                          Terjadi syok, menyangkal dan ketidakpercayan
Tahap  2          : Konfrontasi
Terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara berulang melawan  kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling dalam dan dirasakan paling akut
Tahap  3          : Akomodasi
Mulai memasuki kembali secara emosional dan social dunia sehari-hari dimana klien belajar untuk menjalani hidup dengan kehilangan mereka.
C.   PROSES KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
a.       Arti kehilangan
b.      Tipe/bentuk/kecepatan terjadinya kehilangan
c.       Kemampuan berkabung
d.      Status fisik dan mental
e.       Koping yang biasa digunakan
2.      Diagnosa keperawatan
Respon terhadap khilangan b/d factor yang ditimbulkan respon, Ex;
a.       Berduka disfungsional b/d  tidak sama dengan adekuatnya support system
b.      Berduka antisipasi b/d potensial kehilangan orang yang dicintai
c.       Koping individu …. Efektif b/d support system (-)
d.      Resiko cidera diri/orang lain b/d pengetahuan (-) tentang cara marah  konstruktif
e.       Dll
3.      Perencanaan
a.       Tujuan jangka panjang
Klien dapat melalui proses berkabung dan tidak terjadi respon maladaptive
b.      Tujuan Jangka Pendek
-                Klien dapat mengenal respon kehilangan
-                Klien dapat mengidentifikasi koping yang konstruktif dan destruktif
-                Klien dapat menggunakan koping yang konstruktif
c.       Prinsip Intervensi
1). Bina hubungan saling percaya
2). Dorong ekspresi perasan dan emosi
3). Bantu untuk menerima proses berkabung
4). Fasilitasi support system
5). Latihan pengembangan koping
6). Modifikasi Lingkungan
7). Perasaan reinforcement (+)
8). Program grouf Therafiotik
9). Program antisipasi
4.   Implementasi
a. Gunakan teknik Komunikasi terapeutik
b. Libatkan keluarga/system pendukung
c. dll
         Sesuai dengan prinsip intervensi
5. Evaluasi
a.       Respon Fisik ?
b.      Respon Emosi ?
c.       Respon Sosial ?

Kamis, 06 Oktober 2011

Dokumentasi Keperawatan


DOKUMENTASI KEPERAWATAN
KOMPONEN MODEL DOKUMENTASI KEPERAWATAN
Kegiatan konsep pendokumentasian meliputi :
1.Komunikasi
Keterampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan yang akan dikerjakan oleh perawat
2.Dokumentasi proses keperawatan
Pencatatan proses keperawatan merupakan metode yang tepat umtuk pengambilan keputusan yang sistematis, problem solving, dan riset lebih lanjut. Dokumentasi proses keperawatan mencakup pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan, dan tindakan. Perawat kemudian Mengobservasi dan mengevaluasi respon klien terhadap tindakan yang diberikan, dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada tenaga kesehatan lainnya.
3.Standar dokumentasi
Perawat memerlukan sesuatu keterampilan untuk memenuhi standar dokumentasi. Standar dokumentasi adalah suatu pernyataan tentang kualitasn dan kwantitas dokumentasi yang dipertimnbangklan secara adekuat dalam suatu situasi tertentu. Standar dokumentasi berguna untuk memperkuat pola pencatatan dan sebagai petunjuk atau pedoman praktik pendokumentasian dalam memberikan tindakan keperawatan.
TUJUAN UTAMA DOKUMENTASI
Tujuan utama dari pendokumentasian adalah :
1.Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat kebutuhan klien, merencanakan, melaksananak tindakan keperawatan, dan mengevaluasi tindakan.
2.dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum dan etika.
MANFAAT DAN PENTINGNYA DOKUMENTASI KEPERAWATAN
Dokumentasi keperawatan mempunyai makna yang penting bila dilihat dari berbagai aspek :
1.Hukum
Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan profesi kepoerawatan, dimana perawat sebagai pemberi jasa dan klien sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi diperlukan sewaktu-waktu. Dokumentasi tersebut dapat dipergunakan sebagai barang bukti di pengadilan.
2.Jaminan mutu (kualitas pelayanan)
Pencatatan data klien yang lengkap dan akurat, akan memberikan kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah klien. Dan untuk mengetahui sejauh mana masalah klien dapat teratasi dan seberapa jauh masalah baru dapat diidentifikasi dan dimonitor melalui catatan yang akurat. Hal ini akan membantu meningkatkan mutu yankep.
3.Komunikasi
Dokumentasi keadaan klien merupakan alat perekam terhadap masalah yang berkaitan dengan klien. Perawat atau tenaga kesehatan lain akan bisa melihat catatan yang ada dan sebagai alat komunikasi yang dijadikan pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan.
4.Keuangan
Semua tindakan keperawatann yang belum, sedang, dan telah diberikan dicatat dengan lengkap dan dapat digumakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan.
5.Pendidikan
Isi pendokumentasian menyangkut kronologis dari kegiatan asuhan keperawatan yang dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi keperawatan.
6.Penelitian
Data yang terdapat di dalam dokumentasi keperawatan mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan atau objek riset dan pengembangan profesi keperawatan.
7.Akreditasi
Melalui dokumentasi keperawatan dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi keperawatan dalam memberikan askep pada jklien. Dengan demikian dapat diambil kesimoulan tingkat keberhasilan pemeberian askep yang diberikan, guna pembinaan lebih lanjut.
METODE DOKUMETASI PENGKAJIAN
Dokumentasi pengkajian dirtujukan pada data klinik dimana perawat dapat mengumpulkan dan mengorganisisr dalam catatan kesehatan. Format pengkajian meliputi data dasar, flowsheet dan catatan perkembangan lainnyayang memungkinkan seagai alat komuniksi bagi tenaga keperawatan dan tenaga kesehatan lainnya.
Petunjuk penulisan pengkajian:
1.Gunakan format yang sistematis untuk mencatat pengkajian yang meliputi :
Riwayat pasien masuk rumah sakit
Respon klien yang berhuungan dengan persepsi kesehata klien
Riwayat pengotan
Data pasien rujukan, pulang dan keuangan
2.Gunakan format yang telah tersususn untuk pencatatan pengkajian
Pendekatan : mayor body sistem
Sistem respirasi
Sistem kardiovaskular
Sistem persarafan
Sistem perkemihan
Sistem pencernaan
3.Kelompokkan data-data berdasarkan model pendekatan yang digunakan (seperti tabel diatas)
4.Tulis data objektif tanpa bias (tanpa mengartikan), menilai memasukkan pendapat pribadi.
5.Sertakan pernyataan yang mendukung interpretasi data objektif.
6.Jelaskan oervasi dan temuan secara sistematis, termasuk devinisi karakteristiknya
7.Ikuti aturan atauran atau prosedur yang dipakai dan disepakati instansi
8.Tuliskan ecara jelas dan singkat
JENIS PENGELOMPOKAN PENGKAJIAN
JENIS
PENGGUNAAN
PENJELASAN FORMAT
1.General survey
2.Pola fungsi kesehatan
3.ROS (review of body system)
Untuk menentukan keadaan klien secara umum
Untuk menentukan respon individu : fisik, psikososial, spirituan dan budaya
Untuk mennetukan status fungsi sistem tubuh
Mengkaji status mental klien, perkemangantubuh, aktivitas, statusnutrisi, jenis kelamin dan ras, usia, postur tubuh dan bicara klien:
Menkaji status klien pada : persepsi kesehatan, manajemen kesehatan, nutrisi, eliminasi, aktifitas, istirahat tidur, kognitif, koping, nilai/kepercayaan.
Menkaji sistem tubuh secara berurutan biasanya : head to toe : integumen, kepala (mata hidung, mulut gigi, tenggorokan, leher), respirasi, kardiovaskular, gastrointestinal, genitourinari,gynekologi, muskuloskeletal, hematologi dan endokrin.
PENDOKUMENTASIAN DIAGNOSA KEPERAWATAN.
Petunjuk untuk penulisan diagnosa keperawatan meliputi :
1.Pemakaian PE dan PES : untuk format diagnosa aktual, kecuali ketika petugas yang berbeda mengambil tindakan segera (untuk contoh, tanda dan gejala pencatatan, sebelum dan sesudah diagnosa)
a.Yakinkan masalah pengyeab utama dalam diagnosa sejalan dengan etiologi, contoh :
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhuungan dengan mual dan muntah.
b.Tulis pernyataan supaya permasalahan dan etiologi menunjukkan spesifik dan hasil yang berbeda
c.Jika penyebab tidak dapat ditentukan menentukan problem dan dokumentasi yang tak dikenal etiologinya maka diagnosa keperawatan bisa dituliskan pernyataan komunikasi verbal untuk pasien yang tidak diketahui etiologinya
2.Catat diagnosa keperawatan potensial dalam sebuah problem/format etiologi
3.Pemakaian terminologi tetap dengan diagosa keperawatan karangan Nanda sehuungan dengan (diantara problem dan etiologi ) dan dibanding dengan (diantara etiologi, sign dan sympton) tergantung bahasa, jika masalah tidak selesai menurut nanda
4.Merujuk pada daftar yang dapat diterima, bentuk diagnosa keperawatan untuk catatan standar dalam saku atau ringkasan
5.Mulai pernyataan diagnosa dengan menguabah redaksinya ke dalam keadaan diagnosa keperawatan
6.Pastikan data mayor dan penunjang data minor karakteristik pendefinisian diperoleh dokumentasi abgian pengkajian pasien untuk menegakkan diagnosa keperawatan
7.Pernyataan awal dalam perencanaan keperawatan didaftar masalah dan nama dokumentasi dalam catatan perawatan. Pemakaian masing-masing diagnosa keperawatan sebagai petunjuk untuk membuat catatan perkembangan.
8.Hubungkan pada tiap-tiapdiagnosa keperawatan bila merujuk dan memberikan laporan perubahan.
9.Setiap pergantian jaga perawat, gunakan dignosa keperawatan sebagai pedoman untuk pengkajian, tindakan dan evaluasi.
10.Catat bahan perawatan adalah dasar untuk pertimbangan darilangkah-langkah proses keperawatan.
11.Pencatatan semua diagnosa keperawtaan harus merefleksikan dimensi dalam masalah yang berosientasi pada pencatatan perawat
12.Suatu agenda atau pencatatan mungkin memerlukan untuk membuat diuagnosa keperawatan dan sisitem pencatatan yang relevan
DOKUMENTASI RENCANA TINDAKAN
Rencana tindakan keperawatan mencakup tiga hal meliputi :
1.Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan harus merupakan prioritas untuk merawat klien. Hal tersebut harus menyangkut langsung kearah situasi yang mengancam kehidupan klien.
2.Kriteria hasil
Setiap diagnosa keperawatan hartus mempunyai sedikitnya satu kriteria hasil. Kriteria hasil dapat diukur dengan tujuan yang diharapkan yang mencerminkan masalah klien
3.Rencana tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan adalah memperoleh tanggung jawa mandiri, khususnya oleh perawat yang dikerjakan bersama dengan perintah medis berdasarkan maslaah klien dan antuan yang dterima klien adalah hasil yang diharapkan. Masing-masing masalah klien dan hasil yang diharapkan didapatkan paling sedikit dua rencana tindakan.
Petunjuk penulisan rencana tindakan yang efektif:
1.Sebelum menuliskan rencana tindakan, kaji ulang semua data yang ada sumber data yang memuaskan meliputi :
Pengkajian sewaktu klien masuk rumah sakit
Diagnosa keperawatan sewaktu masuk rumah sakit
Keluahan utama klien ataualasan dalam berhuungan dengan pelayanan kesehatan
Laboratorium ritme
Latar belakang sosial budaya
Riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
Observasi dari tim kesehatan lain
2.Daftar dan jenis masalah aktual resiko dan kemungkinan. Berikan prioritas utama pada maslah aktual yang mengancam kesehatan,
3.Untuk mempermudah dan bisa dimengerti dalam memuar rencana tindakan erikanlah ganbaran dan ilustrasi (contoh) bila mungkin diagnosa khususnya sangat membantu ketika teknologi canggih digunakan untuk perawtan klien atau ketika menggambarkan lokasi anatomi.
4.Tuliskan dengan jelas khusus, terukur, kriteria hasil yang diharapkan untuk mentapakan masalah ersama dengan klien tentukan keterampilan kognitif, afektif dan psikomotor yang memerlukan perhatian.
5.Selalu ditanda-tangani dan diberi tanggal rencana tindakan, hal ini perting karena seorang perawat profesionalakan bertanggung jawab dan ertanggung gugat untuk melaksanan rencana tindakan yang telah tertulis.
6.Mulai rencanatindakandengan menggunakan action verb
Catat tanda-tanda vital setiap pergantian dines
Timbang B setiap hari
Informasikan kepada klien alasan isolasi
7.Alasan prinsip specivity untuk menuliskan diagnosa keperawatan.:
Bagaimana prosedur akan dilaksanakan
Kapan dan berapa lama
Jelaskan secara singkat keperluan apa yang perlu dipenuhi, termasuk tahapan-tahapan tindakan.
8.Tuliskan rasional dari rencana tindakan.
9.Rencana tindakan harus selalu tertulis dan ditanda-tangani
10.Rencana tindakan harus dicatat seagai hal yang permanen
11.Klien dan keluarganaya jika memungkinkan diikutsertakan dalam perencanaan
12.Rencana tindakan harus sesuai dengan waktu yangditentukan dan diusahakan untuk selalu diperbaharuai misalnya setiap pergantian dines, setiap hari, dan atau sewaktu-waktu diperlukan.

DOKUMENTASI INTERVENSI/ TINDAKAN KEPERAWATAN

Perencanaan dan tindakan keperawatan adalah tahap dalam proses keperawatan berdasarkan masalah actual dari klien
Maksud dokumentasi adalah menemukan secara tepat sebagai gambaran intervensi keperawatan yang meliputi :
1.Intervensi terapeutik
Tindakan terapeutik adalah askep yang langsung sesuai keadaan klien. Rencana keperawatan yng lebih dari satu harus di kerjakan sungguh-sungguh sesuai proritas masalah dalam diagnosa keperawatan
2.Intervensi pemantapan/ observasi
Proses ini membutuhkan ketajaman observasi perawat termasuk keterampilan mengevaluasi yang tepat. Progam yang lebih dari yang sangat menetukan kesehatan klien. Perawat harus lebih melihat perkembangan yang baik dan buruk dari klien seperti Mengobservasi tanda vital.
Diagnosa Keperawatan
Tindakan Keperawatan (Terapeutik)
Therapi Medicus
Ketidak efektifan bersihan jalan nafas
Cemas
Penurunan Cardiac out put
Mengatur posisi untuk pemberian Oksigen
Suction bila tidak ada kontra indikasi
Mengajarkan tehnik batuk
Mengambil sample blood gas arteri
Mengajarkan kegiatan untuk mengurangi stress
Mengatur lingkungan yang aman
Mengalihkan orientasi yang realitas
Atur posisi fowler/semi fowler
Mengurangi pergerakan
Mengatur lingkungan yang merangsang
Mengatur pemberian Oksigen
Pemberian obat ekspektoran
Memeriksa sputum
Mengukur blood gas arteri
Memberi obat transquilizer sedative
Mengurangi diet yang mengandung sodium
Infus cairan elektrolit sesuai BB
Memberikan obat untuk meningkatkan cardiac out put.
Komponen Penting Pada Dokumentasi Intervensi
Dkuentasi intervensi Mengidentifikasi mengapa sesuatu terjadi terhadap klien, apayang terjai, kapan, bagaimana, dan siapa yang melakukan intervensi :
Why : Harus dijelaskan alasan tindakan harus dilaksanakan dan data yang ada dari hasil dokumentasi pengkajian dan diagnosa keperawatan
What : Ditulis secara jelas, ringkas dari pengobatan atau tindkan dalam bentuk action verb
When : Mengandung aspek yang penting dari dokumentasi intervensi. Pencatatan pada waktu pelaksaan intervensi sangat penting dalam hal pertanggung jawaban hukuj dan efektifitas tertentu
How : Tindakan dilaksanakan dalam penambahan pencatatn yang lebih detail. Misalnya, “ miringkanan atau kiri dengan bantuan perawat.” Menandakan suatu prinsip ilmiah dan rasional dari rencana tindakan. Metode ini akan bisa meningkatkan dalam upaya-upaya penggunaan prosedur keperawatan yng tepat.
Who : siapa yang melaksanakan intervensi harus selalu dituliskan pada dokumnetasi serta tanda tangan sebagai pertanggung jawaban
Intervensi yang memerlukan suatu dokumnetasi khusus
Ada dua dokumentasi yang memerlukan dokumnetasi khusus yaitu :
1. Prosedur invasive
Tindakan invaiv merupakan baguian yang penting dari proses keperawatan, Karena memerlukan pengetahuan tentang IPTEK yang tinggi. Untuk itu pengetahuan lanjutan di perlukan dalam upaya meningkatkan tanggung jawab dlam pemberian intervensi. Misalnya perawat memberika tranfusi, kemoterapi, memasang kateter. Tindakan tersebut di atas kan membawa resiko yang tinggi pada klien terhadap komplikasi, yang tentunya perlu infomed consent sebelum tindakan di laksanakan.
2. Intervensi mendidik klien
Perawat berperan penting dalam mengenal kebutuhan belajarkliendalam rencana mendidik klien dan memelihara laporan kegiatannya. Membutuhkan Pendidikan.
Contoh rencana Pendidikan yang berlawan dengan pendikan yang dilaksanakan secara kebetulan sebagai berikut :
Rencana pendidikan
Pendidikan yang dilaksanakan secara kebetulan
1 Kebutuhan belajar pasien termasuk seluk beluk belajar objektif dan strategi mengajar
2 Kegiatan yang dilaksanakan sesuai jadwal
3 Melaksanakan perawatan secar kontinyu mengenai kebersihan diri setelah kembali kerumah
1. Meneberikan nasehat dan dorongan secara umum yang berkesinambungan
2. Memberikan kesempatan selama pertemuan untuk mengenal car belajar
3. Mengenal pelajaran yang kurang dan membutuhkan rencana belajar secara formal
DOKUMENTASI EVALUASI PERAWATAN

Pernyataan evaluasi perludodokumentasikan dalam catatan kemajuan, direvisi dalam rencana perawatan ataudmasukkan dalam ringkasan khusus dan dalam pelaksanaan dan entu perencanaan.
Pedoman untuk pendokumentasian evaluasi
1.Sebelum kesimpulan evaluasi dengan data yang mendukung penilaian perawat. Contoh data pendukung (untuk klien dengan myocar infark) : tidak ada dispnea. Penilaian perawatannya : toleransi aktifitas meningkat.
2.Mengikuti dokumentasi intervensi keperawatan dengan pernyataan evaluasi formatif yang menjelaskan respon cepat klien terhadap intervensi keperawatan atau prosedur. Contohnya mengantuk setelah minum obat
3.Menggunakan pernyataan evaluasi sumatif ketika klien dipindahkan ke vasilitas lain atau dipulangkan
4.Catatn evaluasi sumatif untuk setiap hasil yang diharapkan diidentifikasikan pada perencanaan keperawatan klien, bisa berjalan 500 kaki dan menaiki 12 tangga tanpa bantuan. Evaluasi sumatif : dapat berjalan 200 kaki tanpa alat bantu dan dapat naik turun 6 tangga tanpa bantuan.
5.Menulis pernyataan evaluasi yang merefleksikan keadaan perkemangan klien terhadap tujuan, pemasukan yang sesuai dicatat sebagai berikut : kontrol sakit yang tidak efektif setelah medikasi, terus tanpa henti, penghilang rasa sakit dari medikasi berlangsung selama 30 menit.
6.Melalui suatu penilaian atau modifikasi intervensi, mengawali dan mendokumentasikan respon perawat untuk mengubah kondisi klien. Contoh : kesehatan klien memburuk, : jam 09.00 mengeluh salit di pusat seperti ditikam.